ArticlesProjectsAbout

Saya Ingin Menggendong Anak Saya — Bukan Karena Terpaksa, Tapi Karena Pilihan

"Jangan salahkan anak ingin digendong. Katakan saja: saya ingin menggendong anak saya."
— Kak Indra

Di jam pulang kantor, saya duduk sejenak sambil makan. Tidak lama, Kak Indra melihat dan bertanya dengan nada santai,

"Kok makan di kantor?"

Saya menjawab seadanya,

"Soalnya harus gendong Ina sampai rumah."

Jawaban yang keluar spontan—karena memang itu rutinitas saya setiap hari. Tapi respons Kak Indra justru membuat saya diam sebentar dan merenung.
Ia berkata,

"Coba ubah kalimatnya. Bukan 'soalnya harus gendong', tapi 'saya ingin menggendong anak saya'. Lebih bagus didengar, kan?"

Dan iya, memang lebih baik. Lebih tulus. Lebih jujur.


Bahasa yang Kita Pakai Membentuk Cerita Kita

Sebagai programmer, saya terbiasa bicara tentang struktur, logika, dan efisiensi. Tapi menjadi ayah memberi pelajaran penting: bahwa tidak semua hal indah harus efisien, dan tidak semua pelukan harus praktis.

Dengan mengatakan “harus gendong,” tanpa sadar saya membuatnya terdengar seperti beban. Padahal, itu pilihan saya. Saya ingin menggendong anak saya. Saya ingin menyambutnya setiap jam pulang kantor, meskipun lelah. Saya ingin menjadi tempat yang paling nyaman untuknya sepulang hari yang panjang.


Contoh Nyata: Dari Error Handling Sampai Gendong Anak

Dalam dunia pemrograman, bahasa juga membentuk cara kita memandang masalah.

Misalnya:

  • Kita bisa bilang, “Aplikasi ini error gara-gara user salah input.”
    Tapi akan lebih baik jika kita bilang, “Kita belum cukup baik menangani input user.”

Atau:

  • “Kita stuck karena backend lambat.”
    Bisa diganti menjadi: “Kita sedang mencari solusi untuk komunikasi yang lebih efisien dengan tim backend.”

Kedua cara bicara itu menghasilkan atmosfer yang berbeda. Yang satu menyalahkan, yang lain mengajak bertanggung jawab.

Dan ini sangat mirip dengan hal kecil seperti mengatakan, “harus gendong,” dibanding, “ingin menggendong.”

Bahasa bukan hanya cara menyampaikan, tapi juga cara memaknai.


Menjadi Orang Tua dan Profesional Bukan Hal yang Bertentangan

Kita sering merasa perlu membagi dua peran: antara kantor dan rumah, antara pekerjaan dan keluarga. Tapi saya mulai percaya bahwa keduanya bisa berjalan berdampingan.

Menggendong anak bukan halangan untuk menjadi programmer yang fokus. Justru itu adalah pengingat—bahwa di balik setiap baris kode, ada alasan kenapa kita bekerja keras: karena ada seseorang kecil yang menanti di rumah, percaya bahwa pelukan kita adalah dunia terbaiknya.


Penutup

Saya tidak akan lagi bilang, “soalnya harus gendong.”
Saya akan bilang, “saya ingin menggendong anak saya.”
Karena dari semua hal yang bisa saya kerjakan dalam sehari, itulah bagian yang paling saya syukuri.

Like the article? Share it with others or copy the link!